Sabtu, 05 Juli 2008

Salam dari Bima.....

Baca Selengkapnya »»

Jumat, 27 Juni 2008

Bersyukur

"Jika kamu menghitung keadaanmu saat ini, maka lihatlah mereka yang dibawahmu. Jika kamu menentapkan impianmu, maka lihatlah mereka yang diatasmu."

Entah kenapa sepenggal kalimat itu berdengung di benakku hari ini. Seakan sesuatu menanti untuk ditumpahkan, dibagi dengan yang lain. Apakah karena seringnya aku melihat orang-orang di sekelilingku menerapkan prinsip itu secara terbalik?

Beberapa orang yang aku temui mengeluh tentang hidupnya, "Aku tidak bahagia", katanya. Setelah aku telusuri, mereka menggunakan prinsip yang aku tulis diatas secara terbalik, "Jika kau menghitung keadaanmu saat ini, lihatlah keatas.". Lha tentu saja akan merasa kekurangan. Seperti halnya sebuah kata mutiara berujar, " Jika kau menghitung apa yang kamu miliki, niscaya kau tidak akan merasa kekurangan. Namun bila kau menghitung apa yang TIDAK kau miliki, niscaya kau akan senantiasa merasa kekurangan."

Pada setiap orang yang mengeluh akan hidupnya, cobalah anda lihat lagi hidup anda, lebih dekat, lebih cermat. Apakah memang tidak ada sebuah kesuksesan pun dalam hidup anda? Ataukah andalah yang seringkali menutup mata dan tidak menghargai kesuksesan-kesuksesan kecil yang anda dapatkan? Ingatlah, segala sesuatu yang besar, disusun dari hal-hal yang lebih kecil. Benda-benda fisik yang besar sekalipun, tersusun oleh hal-hal yang lebih kecil (atom). Demikian juga kesuksesan yang besar, tidak serta merta akan datang begitu saja. Bilamana anda tidak bersyukur atas yang kecil-kecil, mungkin anda takkan sadar akan kehadiran sebuah kesuksesan besar.......

IMPROVE OR DIE..!!!!!

Baca Selengkapnya »»

Rabu, 25 Juni 2008

Mahasiswa : Agent of Changes or Agent of Destruction?

Kembali terulang aksi anarkis yang mengatasnamakan kebebasan demokrasi. Sangat disayangkan, mahasiswa yang telah dilabeli ’maha’ tidak berlaku sepatutnya, tidak menggunakan intelektualitasnya dengan sewajarnya. Mobil yang mereka bakar adalah hasil dari uang rakyat, maka apa bedanya dengan anggota DPR yang korupsi? Pemblokiran jalan telah mengganggu akses masyarakat, maka apa bedanya dengan mobil pejabat yang sesukanya menggunakan lajur jalan dengan pengawalan?

Mau dibawa kemana bangsa ini bila kaum inteleknya saja masih apatis terhadap hukum? Akan jadi apa negara ini bila generasi penerusnya tak taat hukum? Kalau anda merasa tidak didengarkan, duhai kawan mahasiswa, cobalah tak hanya menyalahkan pendengarnya, cobalah untuk mengevaluasi cara kalian menyampaikannya. Mungkin bukan pesannya yang ditolak, tapi pembawa pesannya yang ditolak.

Cobalah lihat teman-teman kalian di beberapa tempat lain. Mereka prihatin dengan kenaikan BBM, tapi tak melakukan aksi anarkis. Mereka tidak setuju dengan kenaikan BBM, namun tiada kekerasan terjadi. Mereka melakukan langkah kongkrit untuk membantu rakyat disekitar mereka. Pelayanan kesehatan gratis, pembagian sembako, bukankan itu cara yang lebih elegan dalam menyokong rakyat?

Tidak ada pembenaran atas pencabutan nyawa seorang anak manusia. Seperti halnya tiada ada juga pembenaran atas penyia-nyiaan amanah rakyat terhadap mahasiswa.

Baca Selengkapnya »»

Jumat, 20 Juni 2008

FAQ : Pencairan SPPD

Sehubungan dengan banyaknya pertanya kepada TPP 2007 perihal proses pencairan SPPD, perlu kami sampaikan beberapa hal antara lain:

  1. Contoh pengisisan Lampiran Pencairan SPPD yang meliputi Daftar Keluarga Yang Mengikuti Pindah dan Surat Kuasa sudah kami up load di bagian files milis pajakstan2007. Untuk itu kami harapkan teman2 bisa mengunduhnya agar tidak terjadi kesalahan pengisian.
  2. Bagi teman-teman yang bisa datang dalam acara pembagian SK CPNS besok Sabtu, 21 Juni 2008, kami harapkan teman-teman semua bisa untuk menyerahkan secara langsung pula berkas pengurusan SPPD ini.
  3. Bagi teman-teman yang tidak berkenan hadir, kami harapkan paling lambat Senin, 23 Juni 2008 sudah mengirimikan berkas tersebut ke alamat sebagai mana tercantum dalam Juklak Pembekalan Penempatan.
  4. Perlu kami sampaikan juga bahwa pengiriman berkas SPPD ini dilaksanakan secara mandiri (dikirim pribadi) dan tidak melalui kantor penempatan. Jadi bisa dikirimkan secepatnya.
Demikian kami sampaikan, apabila di kemudian waktu terdapat beberapa pertanyaan dari teman-teman bisa disampaikan melalui milis.

Baca Selengkapnya »»

FAQ : Pencairan SPPD

Sehubungan dengan banyaknya pertanya kepada TPP 2007 perihal proses pencairan SPPD, perlu kami sampaikan beberapa hal antara lain:

  1. Contoh pengisisan Lampiran Pencairan SPPD yang meliputi Daftar Keluarga Yang Mengikuti Pindah dan Surat Kuasa sudah kami up load di bagian files milis pajakstan2007. Untuk itu kami harapkan teman2 bisa mengunduhnya agar tidak terjadi kesalahan pengisian.
  2. Bagi teman-teman yang bisa datang dalam acara pembagian SK CPNS besok Sabtu, 21 Juni 2008, kami harapkan teman-teman semua bisa untuk menyerahkan secara langsung pula berkas pengurusan SPPD ini.
  3. Bagi teman-teman yang tidak berkenan hadir, kami harapkan paling lambat Senin, 23 Juni 2008 sudah mengirimikan berkas tersebut ke alamat sebagai mana tercantum dalam Juklak Pembekalan Penempatan.
  4. Perlu kami sampaikan juga bahwa pengiriman berkas SPPD ini dilaksanakan secara mandiri (dikirim pribadi) dan tidak melalui kantor penempatan. Jadi bisa dikirimkan secepatnya.
Demikian kami sampaikan, apabila di kemudian waktu terdapat beberapa pertanyaan dari teman-teman bisa disampaikan melalui milis.

Baca Selengkapnya »»

Segores Tulisan tentang Penempatan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Pertama-tama, ijinkan saya mengucapkan selamat kepada rekan-rekan semua atas keluarnya SK penempatan kita. Ada yang merasa puas dengan hasil ini, ada pula yang kecewa dan sedih dengannya. Itu wajar. Namun, jangan jadikan kekecewaan anda menjadi pengikat diri anda untuk melangkah maju. Jangan jadikan sedih anda sebagai penambat kaki untuk melangkah. Yakinlah, bersama kesukaran, selalu datang kemudahan. Bersama kesukaran, selalu datang kemudahan.

Saya kutipkan sepenggal kata-kata dari Bapak Mario Teguh:

"Janganlah dengarkan keluhan mereka yang sedang mengasihani diri dengan menyalahkan alam ini karena keberuntungan mereka yang sedang buruk atau mereka yang sombong dan membanggakan kehebatan diri karena kehidupan mereka sekarang sedang kelihatan baik.
Beranikanlah diri anda untuk melakukan yang dapat anda lakukan. Dan
yakinilah bahwa keajaiban mudah datang kepada anda bila anda berani."
( MT - Fate - Never Wait for Fate Initiate ! )

Buatlah diri anda menjadi pribadi yang besar, memiliki kemampuan yang bisa dibanggakan. Dan tidak harus di semua bidang. Tempalah diri anda pada bidang yang anda diberikan kelebihan.

"Bila ia bertahan di sisi kiri, maka sisi kanannya lemah. Bila ia bertahan di sisi kanan, sisi kirinya lemah. Bila ia bertahan dimana-mana, maka dimana-mana dia lemah.Serang dimana musuh tidak bisa bertahan, dan bertahanlah di mana musuh tidak bisa menyerang."
(Sun Tzu - Art of War)


Kenalilah diri anda, amati kekuatan anda, dan maksimalkan! Jadikan anda sebagai yang kandidat yang terbaik di bidang anda. Untuk lebih memotivasi anda dan saya untuk lebih maju, saya kutipkan kembali kata-kata Bapak Mario Teguh:

"Maka saya akan mengenali semua potensi kecemerlangan diri saya
dengan mengamati kecemerlangan pada diri orang lain yang belum saya
miliki dan dengan bersungguh-sungguh - meskipun tidak secepat kilat -
saya akan mencemerlangkan diri saya."
( MT - That's Not Me )

Sabar....sabar....sabar.....

Satu lagi pesan saya untuk rekan-rekan sekalian:SABAR. Bersabarlah duhai teman seperjuanganku. Kesabaran adalah buah dari kebijaksanaan. Ada penghargaan bagi mereka yang mampu menyediakan hatinya untuk bersabar.

"Good Things Come To Those Who Wait,But Not To Those Who Wait Too Late

Hal-hal baik datang kepada yang menunggu, tetapi tidak kepada yang menunggu terlalu lama.

Segala sesuatu membutuhkan kesabaran.
Setiap tindakan - pasti membutuhkan sepenggal waktu tenggang antara pelaksanaan dan hasilnya.
Sikap yang diperlukan untuk berlaku tenang dalam tenggang waktu itu adalah kekuatan yang biasanya disebut sebagai kesabaran.
Itu sebabnya setiap tindakan membutuhkan kesabaran untuk sampai pada saat di mana hasil itu tercapai

Tetapi

Pribadi super yang terbiasa dengan pemikiran yang terfokus dan tertantang untuk menghasilkan solusi, akan mengembangkan kemampuan memperpendek waktu penantian antara yang dikerjakan dengan saat hasil itu terjadi.
Dan karena dia mengelola kesinambungan dari kesungguhannya dalam bekerja, dia mencapai hasil-hasil yang baik dalam usia yang lebih muda daripada rekan-rekannya.
Dan bila dia sama tidak-sabaran-nya dengan semua rekan-nya, dia mampu tampil lebih sabar - karena waktu penantiannya selalu lebih pendek.

(MT - Measured Patience)

Semoga segores tulisan ini mampu menyemangati rekan-rekan yang belum mampu melihat sisi positif dari peristiwa hari ini.
Terima kasih, dan Salam Super........

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Dimas Iwandanu
060116351
Kantor Pelayanan Pajak Raba Bima

Baca Selengkapnya »»

Bidadari Tak Secantik Senyummu

"Bangun Imam Besar, makmum dah nunggu nih....!" bisikan lembut yang mengikuti kecupan dipipiku itu membuatku tak bisa menolak untuk membuka mataku yang masih lengket ini. Kulirik jam di dinding oranye kamar tidur kami dengan seperempat mata terbuka. Pukul tiga pagi. "Setengah jam lagi ya Makmum Cantik,Imam Besar masih ngantuk berat nih..." kututupkan lagi selimut yang tersingkap kepalaku. "Gak mau, harus bangun sekarang, ntar kucubit lho...!" kali ini rengekan manja ini tak bisa kutolak lagi. Dengan bergaya sempoyongan kumelangkah ke kamar mandi untuk berwudhu. "Eh, selimutnya gak usah dibawa sayang..."

Pagi ini aku berpura-pura tampak capek. Setelah tidurku tadi malam "terganggu" untuk shalat malam, disambung lagi shalat Shubuh. Dan "terpaksa" membaca satu juz Al Qur'an agar aku tidak terlelap lagi. Dengan gaya kuyu aku duduk di depan meja makan menanti sarapan yang disiapkan istriku. Hari ini aku harus berangkat pagi. Ada rapat.

"Pagi Kanda.... pagi ini dinda buatkan sop favorit Kanda. Biar gak ngantuk lagi." Senyum manis istriku sudah menyambut di ruang makan. Aku masih berpura-pura sebal. Padahal senyum itulah yang membuatku tak bisa pergi lama darinya dalam dua tahun terakhir ini.

*****

Aku teringat ketika pertama kali kami bertemu. Sebenarnya bukan yang pertama, dia adalah teman SMP-ku. Namun semenjak lulus SMP kami tak pernah berjumpa sampai bertemu di ruang Poliklinik Umum RS Dr. Sardjito. Secara kebetulan, sebuah skenario yang indah dari Sang Maha Sutradara. Perjumpaan itu yang akan mengubah jalan hidupku. Perutku yang melilit-lilit sejak pagi memaksaku untuk terpaksa menginjak tempat yang paling aku benci, rumah sakit. Mungkin karena hari sebelumnya aku dan teman-teman jurusan Teknik Mesin berpesta di rumah salah satu teman yang diwisuda. Seperti biasa anak-anak Mesin yang 98.57 persen laki-laki pasti akan melakukan sesuatu yang "radikal" walau kadang konyol. Sesuatu yang dianggap sebagai permainan untuk membuktikan "kajantanan" yang kadang tidak jelas parameternya. Kemenanganku di lomba makan sambal yang mengerikan telah mengantarku ke tempat yang kubenci ini. Waktu itu aku belum lulus, walaupun angka sepuluh menempel dengan malu-malu di semester yang aku tempuh. Biasa, anak Mesin memang lambat lulus, begitu biasa aku berapologi. Walaupun sebenarnya sudah banyak juga temanku yang lulus. Termasuk yang menyediakan pesta sambal itu. Ketika kau melangkah masuk ke ruang periksa, kulihat senyum yang tidak pernah kulupakan. Yanti, teman SMP-ku dulu, aku tidak akan lupa. Meski kini dia memakai kerudung besar dikepalanya. Itulah satu-satunya perubahan besar yang tampak padanya. Sebentar dia juga bertambah cantik!!!

"Masya Allah, Tyo ya? Assalamu`alaikum kena apa?" kata-kata pertama yang terucap setelah delapan tahun tak bertemu. Waktu itu aku tak banyak bicara, keterkejutanku dan sesuatu yang bergemuruh didalam hatiku membuatku jadi pendiam. Bahkan ketika dia mulai "menginterogasi" gejala sakitku aku hanya bisa menjawab sepotong-potong. Padahal biasanya aku sangat rewel bila diperiksa.

Ketika itu Yanti masih ko-as. Setelah diwisuda menjadi S.Ked beberapa bulan sebelumnya. Entah mengapa sejak pertemuan itu aku menjadi selalu ingin bertemu dengannya. Padahal saat itu aku sudah punya pacar, Kristin.

Ya, saat itu pergaulanku sangat bebas. Aku tak perduli ketika banyak temanku yang alim mempertanyakan hubunganku dengan Kristin yang Katholik itu. Waktu itu tak masalah bagiku pacaran dengan gadis beda agama. Toh kami belum tentu menikah.

"Ah jangan fanatik, dosen kita aja ada yang istrinya beda agama. Dan mereka oke-oke aja", argumen yang selalu aku pakai untuk menepis suara miring tentang Kristin. Namun akhir-akhir ini Kristin agak menjauh dariku setelah aku menolak ikut acara Natalan bersama keluarganya. Entahlah walaupun jauh dari sentuhan religius, aku masih merasa perlu untuk tetap konsisten sebagai seorang Islam. Aku pernah dengar ada Ulama yang melarang Umat Islam ikut Natalan.

"Wah, males Kris. Lagian aku khan orang Islam. Aneh kalo ikut Natalan, nanti dikira murtad aku..."

Kristin yang mulai berlalu dan perjumpaanku yang berkesan di poloklinik, semakin membuatku mantap untuk mendekati Yanti. Kupikir ini seperti mengungkapkan cinta yang dulu tak terungkapkan saat SMP. Dulu aku pernah menyukai Yanti ketika SMP. Namun cinta monyet segera berlalu. Di SMA aku berpacaran dengan Erlin, Julia, Anna... kata teman-teman aku memang "buaya"!



*****



Yanti memang tak secantik Kristin yang aduhai itu. Tapi senyumnya yang ikhlas dan natural itu tanpa sapuan kosmetik itu benar-benar membuatku melayang. Entahlah seharusnya aku tidak tertarik pada penampilannya yang "full cowled" tiu. Kurasa ada "something wrong" pada hatiku. Biasanya aku hanya mengejar gadis untuk "having fun". Dan tentu saja gadis yang bisa diajak "having fun" bukan tipe seperti Yanti ini. Aku tahu karakter orang-orang berkerudung besar seperti Yanti ini. Mereka anti pacaran.

Karena itu aku mencari metode pendekatan lain. Kukirim SMS dengan pesan-pesan religius yang kudapat adri anak-anak SKI dan buku-buku agama. Atau sekedar mampir ke rumahnya dengan berjuta alasan agar bisa bertemu. Mengajak reuni atau sekedar menanyakan khabar. Dan tentu saja aku harus tampil dengan penampilan yang menunjang. Harus tampil religius. Baju koko plus peci pinjaman menjadi modal meyakinkan. Itu pun aku tak pernah bisa mengobrol berdua. Yanti selalu saja mengajak ibunya ikut berbincang. Wah aku jadi keki. Ilmu "menggombal buaya"-ku tak bisa kupakai. Tapi tetap saja aku senang. Melihat senyumnya saja membutaku melihat dunia ini dua kali lebih indah! Suer!

Setelah sebulan berjalan aku mulai yakin bahwa aku jatuh cinta beneran sama Yanti. Kubulatkan tekad untuk menyatakan isi hati ini padanya. Dengan segenap pengalamanku sebagai "buaya", kutulis surat cinta penuh rayuan gombal.

Kukirim surat itru melalui kurir, Udin, seorang teman ko-as SMA-ku. Kupesan agar jawabannya kalau bisa segera. Udin sih oke-oke aja, jajan bakso di Gejayan pasti tak dapat ditolaknya.



*****



Jantungku berdegup keras ketika Udin menelponku dan mengatakan Yanti ingin bertemu di depan bangsal anak satu jam lagi. Degg...

satu jam yang sangat lama bagiku. Aku terus berdo`a, "Ya Allah jadikanlah cintaku bersambut cintanya...", ya. Kadang-kadang aku pun masih ingat Tuhan, terutama saat tak ada cara lain yang ada didalam benakku selain do`a.

Selasar didepan bangsal anak. Peristiwa yang sangat berkesan di dalam hatiku. Dengan penampuilan yang meyakinkan. Baju koko terbaru dan rambut terpotong rapi aku melangkah menemui Yanti yang sudah menunggu. Dia masih mengenakan jas praktikum putihnya. Senyumnya sudah mengambang melihat kedatanganku. Waqh, prospek cerah nih..!

"Assalamu`alaykum...sudah baca suratku khan?" sapaku dengan salam

"Waalaikum salam. Sudah. Jadi Tyo suka sama saya, cinta sama saya?" suara lembutnya terdengar seperti seorang ibu yang menghadapi anak nakalnya. "Trus Tyo sekarang mau apa?"

"Ya terus gimana dengan Yanti? Yanti terima tidak cinta saya?" Gleg, lidahku kelu. Padahal biasanya menggombal adalah keahlianku. Namun kali ini aku benar-benar kena batunya!

"Tentu saja yanti terima cinta Tyo. Masak sih orang ngasih cinta mau ditolak."

Aku sedikit keki, kenapa dia malah tertawa kecil begitu.

Tereus habis itu gimana?" Yanti bertanya lagi, masih dengan senyumnya yang lembut yang membuatku hampir tak bisa bicara.

Yaa.. terus kita jadian. Kau...jadi pacarku, begitu..."jawabku ragu. Ingin kutelan lagi kalimat yang baru saja meluncur dari mulutku. Mengingat aku tahu karakter orang-orang seperti Yanti yang anti pacaran.

"Wah kenapa pacaran?" Gimana kalau kita menikah saja?'

Degg...aku hanya berdiri kaku. Menikah? Sebuah tantangan yang baru pertama kali ini ku terima. Hari ini Si Buaya bener-bener KO! Aku tak habis pikir.
Selama karirku menjadi "buaya", tak satupun gadis yang berani menantangku menikah. Apalagi pada saat "ditembak"

"Berarti harus me..menikah ya..? wah , kalau begitu aku pikir-pikir dulu deh" Pikir-pikir? Jawaban yang tidak bermutu setelah pernyataan cinta yang menggebu-gebu. Namun hanya itulah amunisi kata-kata yang kupunyai saat itu. Sementara amunisi lain sudah lenyap karena kondisi yang diprediksi tidak sesuai kenyataan.



*****



Menikah! Aku harus berani! Tak perduli apa kata orang, aku sudah jatuhb cinta beneran sama Yanti! Masak buaya takut ditantang menikah! Tapi kemudian aku teringat cerita-cerita sumbang tentang pernikahan. Orang menikah akandibebani tanggung jawab. Harus setia. Harus punya pekerjaan. Harus ini. Harus itu. Nanti kalau punya anak kan repot. Perlu biaya besar. Dan segala macam problema rumah tangga yang pernah kudengar dari mereka yang sudah berpengalaman menikah, menghantui pikiranku.

Dan yang jelas setelah menikah aku tidak akan bebas lagi! Itulah yang terlintas dipikiranku. Aku mulai ragu, apalagi sehari setelah peristiwa itu Kristin mengajakku baikan. Aku semakin bingung dan kacau. Di satu sisi jujur kuakui, aku sangat takut untuk menikah. Di sisi lain aku benar-benar terobsesi pada Yanti. I`m truly, madly, depply, do love her. Pusing...aku mulai kalut dan kacau. Kuliah yang tinggal mengulang sering kutinggalkan. Aku lebih sering membaca buku. Di kos, perpus, dan bahkan toko buku. Temanya tentu saja tentang pernikahan. Namun buku-buku itu hanya membuatku semakin pening. Ada yang bilang menikah saat kuliah itu sangat mendukung perkembangan jiwa seseorang. Namun di buku lain mengatakan bahwa menikah di usia muda hanya kan membawa perceraian dan ketidakbahagiaan.

Akhirnya kuputuskan untuk berpikir sendiri. Sepekan penuh aku berpikir keras. Bahkan laporan praktikum pun harus menunggu. Kucoba menata satu-persatu masalah dan potensi yang akan kuhadapiu dan aku punyai untuk menikah. Masalah? Tentu saja karena aku masih kuliah., orang bilang kalau menikah saat kuliah akan berantakan salah satunya. Ah, itu cuma kata orang. Yang lain juga bilang menikah di saat kuliah justru akan membuat kita lebih dewasa.

Kurasa masalah lain yang jauh lebih besar adalah bahwa aku belum punya penghasilan. Kata orang kalau menikah seorang laki-laki harus menafkahi istri dan keluarganya. Wah, bagaimana mau menafkahi sementara aku belum bekerja. Tapi kurasa babe tidak keberatan untuk melipatduakan kiriman bulanan. Selain beliau cukup berada untuk mensuplai dana buatku, beliau juga pernah berkata bahwa jika kau menikha dan belum punya pekerjaan beliau akan membantu.

Setelah sekian waktu berpikir keras kau menyerah. Kurasa otakku tak kan mampu untuk mengeksekusi sebuah keputusan untuk menikah atau tidak. Di tengah keputusasaanku aku teringat Udin. Kurasa dia bisa membantuku memecahkan masalah ini. Aku selalu percaya anak-anak SKI dan alumninya punya kebijakan yang bisa aku andalkan untuk memecahkan masalah-masalah rumit. Mereka punya instuisi yang menakjubkan untuk menghadapi masalah yang berat sekalipun. Aku minta pertinmbangan pada Udin yang alim ini. Udin hanya tertawa. "Shalat Istikharah saja. Minta petunjuk sama Allah".



*****



Kuputuskan untuk mengikuti saran Udin. Kuambil air wudhu dengan sempurna dan aku shalat dengan khusuknya. Kurasa itu shalatku yang paling khusuk sepanjang hidupku. Kupasrahkan segalanya pada-Nya. Jikalau Yanti yang terbaik untukku maka kuatkanlah tekadku untuk menikah dengannya. Jikalau bukan maka biarkanlah kami berdua menjadi sahabat yang ejati. Sebuah do`a yang tak pernah keluar dari dalam hatiku sebelumnya. Namun do`a ini kini amat kusyukuri. Mungkin ini salah astu do`a terbaik sepanjang hidupku.

Esok pagi aku bangun dengan serah tekadku bulat. Allah dan cintaku akan menguatkan kelemahanku! Akan kupenuhi tantanga Yanti. Maukah menikah denganku? Kalimat itu terus terucap dihatiku. Kutelpon orang tuaku.. Dan mereka memberiku lampu hijau. "Yang penting kamu lulus kuliah." Untungnya orang tuaku permisif untuk urusan ini. Kebetulan keluarga orang tuaku punya kultur menikah usia muda dan ini kusyukuri sampai saat ini. Tak lupa beliau berdua mengucapkan selamat atas keberanianku untuk menikah. Selama ini beliau berdua selalu mendesakku untuk segera menikah, tapi aku selalu menjawab," ntar kalau dah lulus."

Kukirim SMS kepada Yanti. Aku ingin bertemu dengannya di tempat yang sama di saat dia menantangku. Di depan bangsal anak. Kubilang aku ingin menyampaikan sesuatu pertanyaan penting.

Walaupun hatiku sudah mantap, jantungku masih saja berdegup keras. Di hatiku masih berlintasan berbagai pertanyaan. Bagaimana kalau dia menolak? Kalau setuju, bagaimana nanti kesiapanku? Ah, kutepis semua pertanyaan itu. Kalaupun dia menolak artinya Allah belum menentukan dia sebagai jodohku. Tentang bagaimana nanti, kupasrahkan pada Allah semata. Entahlah aku menjadi lebih religius setelah bertemu Yanti.


Kali ini aku tampil sederhana, aku pasrah pada Allah atas segalanya. Aku merasa ringan dan bersih. Kaos lengan panjang hitam, celana cargo, dan sandal gunung. Sangat berbeda dengan saat pertemuan sebelumnya. Aku ingin tampil apa adanya, inilah aku, dengan segala kelebihan dan kekuranganku.

Dan selasar di depan bangsal anak menjadi saksi. Dengan bergetar , bismillah kukatakan," Yanti maukah kau menikah denganku?" pertanyaan yang terlalu lugas buat seekor buaya sepertiku. Namun saat itu hanya itulah kata-kata yang kumiliki. Sebuah ungkapan terjujur yang pernah aku ungkapkan pada gadis yang kucintai.

"Saya insya Allah ...bersedia...menjadi istri tyo. Tapi syaratnya Tyo harus mau mengaji..." Kali ini jawaban Yanti sangat serius. Senyum yang biasanya menghiasi wajahnya menghilang. Suaranya bergetar terbata-bata, seperti suaraku saat mengucapkan pertanyaan berat itu dengan serak. Mata indahnya berkaca-kaca

Dunia seakan lepas dari kakiku. Semua beban lenyap tak bersisa. Aku mau teriak pada seluruh dunia sebuah proklamasi"Aku cinta Yantiii...!!!!" namun kesadarn masih bersamaku. Aku masih teringat di mana aku berada. Ku ambil napas panjang."Alhamdulillah , ya aku mau mengaji..."



Sore itu kutraktir Udin atas suksesnya lamaranku.

"wheii...masya Allah. Selamat ya!" Udin menepuk bahuku dengan bangga dan bahagia.

"wah kalau begitu nanti pas walimahannya aku mau jadi EO-nya" Tawaran yang takkan kutolak. Setidaknya Udin menjdi mak comblangku. Hari ini sekerat ayam goreng terasa sangat enak dimulutku. Mungkin yang terenak sepanjang yang pernah kurasakan.

Pagi tiu kuterima SMS dari Yanti."ngajinya mulai nanti sore lho. Nanti dijemput Udin didepan parkiran RS jam 4 sore." Hah? Ngaji sore-sore? Lagian bukannya ngaji bisa sambil nonton TV. Kayak pengajiannya Aa Gym. Padahal sore ini aku ada latihan basket. Aku bingung sesaat, namun demi cinta apapun kan kujalani...huii gombal!

Sore itu kujemput Udin. Kami menuju tempat yang ditunjukkan Udin. Sebuah rumah kos kecil di Pogung. Aku heran, tak ada tanda-tanda orang akan pergi mengaji disitu.

"Mana pengajiannya, Din, kok sepi?"tanyaku ragu.

"Di dalam. Dah masuk saja."

Ternyata yang disebut pengajian oleh Yanti jauh berbeda dari yang kubayangkan. Sebuah pertemuan kecil dengan salah astu mrnjadi pemateri. Dan semuanya mahasiswa! Tak ada kyai yang kubayangkan mengisi pengajian ini. Dan temayna pun sangat beragam dan berbeda dari pengajian yang biasa aku kenal. Di sini kami juga membahas politik aktual. Sesuatu yang tabu dibicarakan dipengajian umum.

Aku mudah merasa include dengan mereka meski semua itu asing bagiku. Dengan segala le-alim-an, keramahan,dan keterbukaan mereka membuatku yang masih beginner ini tidak merasa tertinggal terlalu jauh. Tak ada kesan arogandan merasa lebih senior pada mereka. Walau jelas aku tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Baik polotik maupun agama.


Dan saat yang agung dalam hidupku itu pun tiba. Setelah sebulan sejak aku melamar Yanti, kami menikah. Suasana yang begitu sakral kurasakan. Setelah ikrar agung itu kuucapkan dan Yanti mencimu tanganku pertama kalinya. Tak kuasa kutahan air mata haru dan bahagiaku. Senyum photogenic-ku berantakan ketika Udin memfoto kami berdua.

" Hoi jangan nangis, ini khan hari bahagia." Udin terus saja menggoda kami

Ya sejak saat itulah perjalanan hidup kami lalui bersama. Aku terus berproses menjadi manusia sejati dengan dorongan dari Yanti yang tak pernah terputus. Dialah coach dan trainer-ku. Banyak ilmu agam yang belum kuketahui kudapat darinya. Tak perlu malu atau gengsi. Toh kenyataanya aku memang harus banyak belajar. Walaupun dia juga sering kutraining bagaimana merawat mesin motornya dengan baik.

Saat aku malas mengaji, dialah yang selalu mendorongku."Bu Dokter hari ini daku absen ngaji ya? Capek nih, habis nguber-uber dosen pembimbing..."

"Gak boleh darling calon S.T. gak boleh males ngaji. Inget janji dulu, hayo. Kalo gak ngaji gak ada yang mijitin anti malam." Senyummu memang charge bagi semangatku yang mudah luntur ini.

Kau juga yang selalu membuatku yak pernah kehabisan energi untuk menyelesaikan tugas akhirku yang berat. Hingga wisudaku tak terasa sudah di depan mata. Foto wisuda bersama istri yang dulu kuanggap khayal terwujud juga. Wah senangnya!



"Eh kok malah senyum-senyum sendiri? Gak enak ya sopnya?" pelukan hangat istriku membuyarkan nostalgiaku.

"Emmm... enak kok enaaaakkk sekali. Cuma lagi ngelamunin gimana tampang baby kita kalau dah lahir nanti. Ganteng kayak babenya ato cantik kayak umminya."

"Uuu...gombal!" Seperti biasa kalau gemas, Yanti mencubitku. Aku hanya tertawa.

Sungguh besar pahala bagi mereka yang rela menjadi jalan hidayah bagi orang lain. Kutatap lagi Yanti, Ummu Sulaimku. Kekasihku, bidadariku dengan sepenuh kasih. Sungguh BIDADARI TAK SECANTIK SENYUMMU.

Baca Selengkapnya »»